cover depan novel Last Tang Standing oleh Lauren Ho

[Resensi Buku] Last Tang Standing oleh Lauren Ho

Satu kata buat buku Last Tang Standing oleh Lauren Ho ini: ASIK. Meski terlihat kayak alternatif Crazy Rich Asians, buku ini kasih setting dan karakter yang lebih relatable serta bikin ngakak!

LAST TANG STANDING

cover depan novel Last Tang Standing oleh Lauren Ho

Penulis: Lauren Ho
Jumlah halaman: 416
Genre: Romance, Chicklit
Tahun terbit: 2020
Penerbit: G.P. Putnam’s Sons, Terjemahan: Gramedia Pustaka Utama
Harga: 115.000 (Aku bacanya di Gramedia Digital)
Rating dari aku: 4/5
Rating dari Goodreads: 3.6/5
Trigger warning: Rasisme

Sinopsis Buku Last Tang Standing

Last Tang Standing bercerita tentang seorang pengacara berumur 33 tahun yang sedang “berburu” jodoh bernama Andrea Tang.

Seperti halnya cewek Asia di umur 30an, Andrea dirong-rong keluarganya buat segera nikah (apalagi dia jadi salah satu jomblo terakhir di keluarga Tang).

Di lain sisi, Andrea punya karir dan pencapaian yang cemerlang. Dia masuk Singapore’s 40 under 40 list, punya apartemen di tengah kota, dan bekerja keras dapat promosi jadi partner.

Andrea pun mulai “berpetualang” mencari cinta yang (penginnya) tetap membuatnya jadi diri sendiri, mulai dari nyobain dating app sampai bergabung ke komunitas buku.

Sampai akhirnya, pilihan mengerucut ke dua pilihan:

  • Eric Deng, konglomerat berkebangsaan Indonesia
  • Suresh Aditparan, keturunan India dan office rival-nya.

Siapakah yang akan Andrea pilih?

Resensi Buku Last Tang Standing

Sebagai orang Asia, I found this book hilariously sarcastic dalam berbagai hal. Keluarga yang nyinyir (suka body shaming dan ngebandingin finansial atau status), drama budak korporat, dan celetukan Andrea Tang soal kehidupan dewasa.

Di bawah ini adalah review novel Last Tang Standing, dipandang dari sisi tema, karakter, plot dan setting, gaya penulisan, dan latar belakang penulis.

Tema

Dari permukaan, buku ini memang ber-genre romansa dengan tema perjuangan mencari jodoh di umur 30an. Tapi, kalau ditelaah lagi, Last Tang Standing menyajikan isu-isu budaya yang sangat menarik.

Pembaca bisa menemukan gimana orang Cina menjunjung tinggi identitasnya, “menjaga” generasi, dan memandang interracial marriage.

kutipan dalam buku Last Tang Standing oleh Lauren Ho

Mungkin beberapa orang atau ras, terutama yang enggak familiar sama etnis Cina, bakal merasa offended di beberapa bagian dalam buku ini — karena jujur, emang rasis banget 😀

Last Tang Standing juga menyentil kaum LGBTQ+, dimana ada seorang tokoh secara terbuka mengidentifikasi dirinya sebagai lesbian di tengah-tengah keluarga Asia yang konservatif.

Karakter

Ada banyak karakter dalam buku ini, macam Crazy Rich Asians, meskipun enggak sebanyak itu. Mulai dari sepupu, bibi, teman-teman Andrea, sampai calon-calon pasangannya.

Si protagonis sendiri, Andrea, adalah orang yang pintar, konyol, dan menurutku relatable. Dia memang termasuk kalangan menengah atas, tapi kerja keras, masih ada insecurity di sana sini, dan merasa kebingungan akan hidup.

Personality traits inilah yang bikin bukunya nagih, realistis, dan menyenangkan.

Tapi menurutku, dua karakter cowok yang mengerucut jadi pasangan Andrea are too good to be true, sih. Satunya konglomerat royal, satunya teman kerja yang bikin klepek-klepek in many ways.

Eric Deng: “Aku tahu kau irit … Tapi, Sayang—aku ingin kau habis-habisan.

Plot dan Setting

Last Tang Standing mengambil setting masa kini di Singapura, Malaysia, dan beberapa lokasi yang dikunjungi Andrea buat liburan dan kerja.

Jadi, enggak heran kalau banyak istilah-istilah anak muda profesional tentang dating app sampai pakai LinkedIn.

Aku jelas tidak butuh dibimbing dalam menggunakan aplikasi/platform kencan. Aku akrab teknologi: aku pengguna LinkedIn Premium.

Awal-awal cerita berfokus ke sambatan konyol Andrea tentang keluarga dan pekerjaannya. Bagian awal tengah agak boring dan slow-paced sih, dengan pengenalan tokoh-tokoh yang detail dan rutinitas Andrea di kantor.

Tapi, it gets better di bagian tengah sampai akhir. Konflik-konflik romansa mulai bermunculan, dan Lauren Ho mulai ngomongin topik yang lebih serius, kayak ekspektasi lingkungan sekitar, jati diri, dan hubungan beda ras.

Kalau ingin bahagia, kau harus mulai bersikap jujur pada diri sendiri.

Gaya Penulisan

Daripada format novel biasa, Lauren Ho mengusung gaya penulisan diari di Last Tang Standing. Jadi ada tanggal, jam, dan deskripsi harian yang dilalui Andrea, si tokoh utama. Yang mana, tulisannya jadi santai, informal, dan conversational.

gaya penulisan Last Tang StandingMenurutku, gaya penulisan ini berperan besar buat bikin pembaca makin connected sama pemikiran Andrea yang konyol dan perasaannya.

Namun, ada beberapa penggunaan bahasa Cina dan istilah-isitlah firma hukum yang aku enggak tahu dan footnote-nya ditaruh di akhir novel! Mungkin ini karena aku bacanya di Gramedia Digital sih, aku enggak tahu gimana bentukannya kalau di novel fisik.

Latar Belakang Penulis Last Tang Standing

Lauren Ho adalah seorang penasihat hukum, jadi enggak heran kalau latar profesi Andrea, tokoh dalam Last Tang Standing, juga berada di industri hukum.

Penulis juga berasal dari Malaysia yang sekarang tinggal di Singapura, dan pernah tinggal di beberapa tempat yang jadi latar novel ini, kayak Luxemburg dan Inggris.

Kesimpulan

Kalau kamu lagi cari novel yang lucu dan ringan, Last Tang Standing bisa jadi pilihan. Karakternya humoris, begitu juga kehidupannya 🙂

Yang kusuka Yang kurang kusuka
+ tema budaya yang kental – karakter para calon partner-nya yang too good to be true
+ karakter yang smart, tapi konyol dan relatable gloassary berada di akhir novel (baca di Gramedia Digital)
+ gaya penulisan diari yang engaged dan refreshing – plot agak terlalu slow-paced di bagian tengah

dari budak korporat yang masih jomblo juga,

everlideen

Share this post via: