pantai di gili labak

Snorkeling di Gili Labak Madura, Serasa Pulau Pribadi!

Rafting di Pangalengan udah, hiking di Ijen Banyuwangi udah. Selanjutnya kemana ya? O iya, aku belum pernah coba snorkeling! Setelah iming-iming beberapa teman, akhirnya aku berangkat snorkeling Juli lalu bersama seorang teman yang udah sepuluh tahun bersamaku. Namanya Santi, dan tujuan kami adalah Gili Labak, Madura.

Nikmati konten ini dalam bentuk video:

Detail Open Trip Gili Labak Madura

Kayak trip sebelum-sebelumnya, aku berangkat menggunakan jasa open trip karena gampang — tinggal bayar langsung berangkat. Kali ini aku berangkat bersama Destinasi Ade dengan harga Rp 300 ribu.

Dengan harga segini, kamu udah mendapat:

  • Transport Surabaya ke Sumenep
  • Perahu dari Sumenep ke Gili Labak
  • Rest area
  • Dokumentasi (termasuk yang underwater)
  • Snorkeling set
  • Makan 2x (sarapan dan makan siang)

Aku memilih meeting point Stasiun Gubeng Surabaya karena lebih suka berangkat dari Malang lewat jalur kereta (aku orang Malang, btw).

Itinerary Open Trip Gili Labak Madura

Berikut adalah jadwal perjalananku ke Gili Labak, dimulai dari berangkat dari Stasiun Kota Baru Malang pada Sabtu malam, 30 Juli 2022 sampai kembali pada Senin, 1 Agustus 2022.

Sebenarnya, open trip berakhir pada Minggu malam, 31 Agustus 2022. Tapi, demi keamanan dan kenyamanan, kami memilih buat stay semalam di salah satu hotel di Surabaya.

30 Juli Malam — Berangkat ke Surabaya, Lanjut ke Sumenep

Perjalanan dimulai tanggal 30 Juli sekitar jam 8 malam dari Stasiun Kota Baru Malang menuju Stasiun Gubeng Surabaya sebagai meeting point open trip. Kami tiba di Surabaya pada pukul 10 malam. Karena jadwal pertemuan open trip-nya jam 12 malam, kami luntang lantung dulu di area stasiun sampai diusir petugas, hehe.

Kami akhirnya bertemu peserta lain tepat waktu, dan langsung berangkat ke Sumenep. The trip was a bit inconvenient honestly karena cara nyetir sopirnya kayak serah terima nyawa! But well, kami tiba dengan selamat di rest area (salah satu rumah warga) yang sangat dekat dengan makam Bujuk Agung.

pemakaman bujuk agung madura

Sempat tidur sekitar sejam di rumah itu, kami lalu melihat pemandangan epic di belakang rumahnya. Semburat warna oranye yang kuat berpadu dengan birunya langit di atas horizon laut. Ditambah dengan suara burung dan deburan ombak kecil menabrak bebatuan di bawah kami, it was magical!

pemandangan matahari terbit di sumenep

31 Juli 5.45 Pagi — Menuju Gili Labak Madura

Kami berangkat menggunakan perahu sekitar pukul 6 pagi. Perjalanan laut ini memakan waktu sekitar 2 jam. Sejak dari point ini, kami dipandu oleh guide dari penduduk setempat.

Awal berangkat memang terasa menyenangkan: air laut berhembus, sinar mentari pagi mulai terasa. Kami juga sempat berfoto-foto ketika air laut masih tenang.

foto di atas perahu dalam perjalanan laut

Tapi tengah perjalanan was a complete nightmare karena ombak mulai besar, mengakibatkan perahu bergoyang-goyang dengan dahsyat (lol) dan kami mabuk laut!

Aku pikir aku cukup tahan, eh ternyata akhirnya terkulai tak berdaya juga. Untungnya, perahu kami cukup besar sehingga bisa berbaring di salah satu sisinya. Local guide-nya juga menyediakan tikar, kok. Mereka pastinya telah menduga hal ini akan terjadi.

Shock dengan ombak yang besar saat itu, para guide ini cerita kalau ombak yang aku lalui ini belum seberapa daripada minggu sebelumnya yang lebih besar lagi dan membuat semua penumpang mabuk laut hingga muntah. So, it’d better if you prepare your Antimo, folks!

31 Juli 08.00 Pagi — Sampai di Gili Labak!

 

Jam 8 pagi sampai di Gili Labak, dan kami udah KO gara-gara ombak! Jadi, kami memilih tidur-tiduran di salah satu gubuk dulu lalu sarapan sebelum mulai jalan-jalan sekitar pantai.

Btw, kamu bisa pesan jajan atau es kelapa karena di sini ada warung. Setelah agak “sober”, kami main ayunan dan berjalan-jalan di dekat gubuk.

papan nama dan ayunan gili labak

Saat inilah aku baru menyadari bahwa pulaunya benar-benar sepi serasa pulau pribadi, yang mana bikin hepi dan sedih at the same time. Hepi karena hellooo kapan lagi ngerasain punya pulau pribadi. Sedih karena… sesepi ini gimana pendapatan masyarakat setempat?

Si guide berkata kalau sebelum pandemi mah enggak sesepi ini, but it hit different during and after the pandemic. Apalagi, rute menuju Gili Labak ini emang “agak sulit” dibandingkan yang lain kayak Gili Ketapang yang hanya 30 menit perjalanan laut.

Sekitar pukul 10 pagi, kami mulai berjalan-jalan di tepi pantai. Dimulai dari yang area jembatan (maafkan, buta mata angin jadi aku enggak paham ini sisi mana).

gili labak area jembatan

Di sinilah kita nanti akan melakukan snorkeling. Melongok sedikit ke dalam air, kamu bisa melihat betapa jernihnya pantai ini karena ikan-ikannya kelihatan! Well, aku enggak bisa kasih perbandingan sih, tapi salah satu teman open trip mengatakan bahwa Gili Labak Madura jauh lebih jernih daripada Gili Ketapang Probolinggo.

Lanjut ke sisi lain — yang ada tulisannya, begitu guide kami menyebutnya. Maksudnya adalah tulisan besar Pulau Gili Labak.

tulisan gili labak

Berjalan sebentar ke arah pantai di depan tulisan ini, kamu bisa melihat indahnya perpaduan pasir putih dan buihnya serta biru laut dan langit. Dan, kuulangi lagi, hanya ada kami bersembilan! Syahdu dan calming, meskipun mulai terasa panas.

pantai di gili labak

31 Juli Tengah Hari — Snorkeling!

Tepat tengah hari, mulailah aktivitas yang kami tunggu-tunggu: snorkeling! Sebagai seseorang dengan skill renang minus, this experience was a bit nerve-wracking. Gimana kalau aku tenggelam?

So, hello from future me, aku pengin ngomong ke diriku saat itu bahwa kamu enggak akan tenggelam karena pakai pelampung! Kocak abis.

snorkeling gili labak

Saat itu, menit-menit pertama was about trials and errors:

  • Belajar cara nafas lewat mulut karena hidungnya tertutup kacamata snorkeling.
  • Mencoba “menyetir” badanku pakai kaki dan tangan di air laut (yang menurutku tekanannya jauh lebih besar daripada renang di kolam, apalagi ada arus huhuhu).

Udah enggak peduli sama HP karena sibuk bertahan hidup, padahal udah nyiapin plastik antiair buat HP biar dokumentasinya lebih leluasa. Ah, enggak usah deh, toh bakal ada dokumentasi dari jasa trip-nya.

Guide-nya benar-benar sabar akan kelakuan kami karena hampir semua anggota trip enggak bisa renang! Kami harus mengulang beberapa kali sesi foto dalam air yang ada tulisan Gili Labaknya karena kami terlalu cepat bergerak. Hellooo, tekanan di dalam air makin kuat dan harus menahan nafas saat mengambil foto.

Menyerah dengan foto, kami pun request video sambil kasih makan ikan. Tapi, aku masih bego juga karena kasih makannya enggak perlahan — sehingga ikan menggerumbul dan menutupi wajahku. Ya udahlah, ya.

Ada yang konyol ketika kami menutup perjumpaan dengan ikan-ikan ini. Tangga besi perahu tiba-tiba patah, mungkin karena emang udah berkarat dan rapuh. Akhirnya temanku Santi dan salah satu anggota trip, ditemani salah satu guide-nya, harus berenang sambil ditarik oleh perahu!

31 Juli Sore sampai Malam — Bye Madura, Hello Again Surabaya

Sesi snorkeling selesai sekitar jam 1 siang. Aku dan temanku langsung bersih diri di toilet yang disediakan. Letaknya beberapa meter di belakang gubuk.

toilet di gili labak

Jangan expect kamar mandi proper, ya. Ada beberapa bilik sih, tapi kondisinya cukup mirip — pintunya udah reyok dengan air bersih yang enggak banyak.

Selanjutnya, kami makan siang ikan bakar dan kembali pulang (ke rest area rumah penduduk). Mengambil pelajaran dari perjalanan berangkat tadi, aku memutuskan buat minum obat pereda mual dan tidur dari awal.

Sebenarnya guide-nya kasih saran buat bilas di rumah penduduk aja, soalnya biasanya tepian di sana (tempat perahu menepi) akan surut dan berlumpur. Takutnya nanti kena baju dan harus bilas lagi. Tapi, sore itu enggak terlalu surut dan pakaian kami selamat.

Setelah menunggu anggota lain selesai makan dan bersih diri, kami melanjutkan perjalanan ke Surabaya dan tiba di penginapan kami, Hotel New Coklat pada pukul 10 malam. Ah, senangnya lihat kasur!

hotel new coklat kamar double

1 Agustus Pagi — Sarapan dan Balik Malang

Sebelum pulang ke Malang, kami sarapan dulu di Ludic Cafe di area Kampung Wisata Ketandan.

ludic cafe surabaya tampak depan

Kami pilih cafe ini karena dekat dengan hotel dan buka pagi, eh ternyata kebetulan banget ada event ulang tahun Mark Lee, salah satu member NCT dan idola favorit Santi.

interior dan menu ludic cafe surabaya

Beli minuman tertentu akan mendapat merchandise. Sayangnya, menu ini udah abis waktu kita datang. Menu spaghetti dan nasi lain yang kami mau juga enggak tersedia — mungkin kepagian. Dengan berat hati, kami pun pesan Beef Bowl Yakiniku yang… yaa.. kayak beef yakiniku pada umumnya.

Sekitar pukul 11, kami ke Stasiun Gubeng dan balik ke Malang.

Kesimpulan

Jadi, gimana snorkeling di Gili Labak? Seruuu meskipun agak menakutkan dan memabukkan (perjalanannya). Pantainya indah dengan biru laut yang jernih dan enggak banyak pengunjung, benar-benar terasa kayak pulau pribadi.

Faktor lain yang membuat perjalanan ini semakin menyenangkan adalah betapa sabarnya guide yang menemani kami jalan-jalan dan snorkeling! Apalagi mereka punya skill foto yang oke — terungkap bahwa kemampuan ini memang hasil training. Teman seperjalanan selama open trip juga asyik, jadi bisa hahahihi bareng meskipun baru kenal.

Pengalaman ini bikin aku pengin coba snorkeling lagi kapan-kapan, tapi enggak dalam waktu dekat, hehe.

Share this post via: