Setelah target hiking Kawah Ijen Banyuwangi dan snorkeling di Gililabak berhasil, aku merasa punya goal baru: trekking Air Terjun Tumpak Sewu.
Dikenal sebagai Niagaranya Indonesia, aku penasaran dong! Apalagi sebagai seseorang yang udah tinggal di Jawa Timur sejak lahir.
Berbekal kenekatan dan kepo tingkat tinggi meski abis lihat jalur trekking-nya di Instagram, akhirnya aku pergi bersama temanku pada 17 September 2022 dengan jasa open trip. Dan aku berkesimpulan: Ra bakal tak baleni!
Detail Open Trip Air Terjun Tumpak Sewu dan Kapas Biru
Kali ini, aku join open trip dari Destinasi Ade. Dalam paket open trip ini akan ada dua destinasi: Air Terjun Tumpak Sewu dan Kapas Biru, dengan harga Rp 315 ribu (di poster Rp 300 ribu, tapi terdampak kenaikan BBM per 3 September 2022).
Fasilitas dalam paket ini termasuk:
- Transportasi dan sopir
- Tour leader dan dokumentasi
- Tiket masuk objek wisata
- 1x makan dan minum
- P3K standar
Aku pilih meeting point Malang (tulisannya sih di Stasiun Kota Baru, tapi aku request penjemputan 2 km dari sana biar dekat rumah). Destinasi Ade juga menerima meeting point Surabaya dan Sidoarjo.
Itinerary Open Trip Air Terjun Tumpak Sewu dan Kapas Biru
Bagian ini menjelaskan jadwal berangkat sampai pulang dari meeting point Malang.
01.00 dini hari — Penjemputan dari Malang, Perjalanan ke Lumajang
Yes, berangkat dari Malang pukul 1 dini hari! Jadi kayak perjalanan Gunung Bromo yang berangkatnya juga tengah malam.
Perjalanan dari Malang ke Lumajang memakan waktu 3-4 jam, dan kami tiba di Pasar Pronojiwo tepat ketika azan Subuh berkumandang.
Di sini, aku menyarap di salah satu kios, dan keputusan yang tepat karena jadi ada tenaga buat trekking Air Terjun Kapas Biru.
06.00 pagi — Mulai Trekking Air Terjun Kapas Biru
Lokasi Air Terjun Kapas Biru berada di Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, 5 menit dari Pasar Pronojiwo tempatku sarapan sebelumnya. Harga tiket masuk air terjun ini Rp 10 ribu aja per orang dan Rp 20 ribu per orang kalau camping.
Pukul 05.30, kami menuju meeting point Air terjun Kapas Biru dan persiapan trekking (perkenalan, berdoa, dan beberapa peserta ganti baju).
Selanjutnya, dimulailah penjelajahan ini. Berdasarkan teori tour leader, kami akan sampai ke air terjun dalam waktu sekitar 30 menit. Nyatanya, 1 jam lebih.
Jalanannya memang enggak terlalu curam, tapi:
- rata-rata hanya bisa dilalui oleh 1-2 orang (jadi perlu bergantian, apalagi sambil berhenti foto-foto).
- beberapa tempat perlu kehati-hatian lebih tinggi, kayak menuruni anak tangga besi yang cukup ekstrem.
- rutenya naik turun (bikin capek dan out of breath, jadi perlu istirahat, hehe).
Meskipun terdengar melelahkan, aku cukup menikmatinya karena pemandangan sepanjang perjalanan benar-benar indah!
Hutan yang rindang, langit biru yang cerah, cahaya matahari di sela-sela pohon, gemericik air di antara jalur trekking, dan berbagai tumbuhan cantik yang aku enggak tahu namanya. Ditambah dengan sejuknya udara pagi.
Kami sampai di air terjun pukul 08.00
Mendengar air terjunnya dari kejauhan udah satisfying! At first, agak sedih karena pertama-tama yang menyambut kedatangan kami adalah area sampah yang menggunung.
Baru setelah itu, kami disajikan oleh pemandangan air terjun setinggi 90-100 meter yang menakjubkan, plus tebing, pemandangan hijau di sekitarnya, serta sungai dan bebatuan di bawahnya. It was magical!
Sekitar 1 jam di sana, kami kembali ke titik point awal. Hhh, ketika berangkat definitely terasa lebih mudah karena jalurnya turun. Perjalanan pulang lebih melelahkan, soalnya kami harus “mendaki” dan matahari mulai merangkak naik.
Kami tiba di meeting point atas sekitar pukul 09.30 — 1,5 jam trekking dari bawah, lebih lama daripada saat berangkat karena lebih banyak istirahatnya!
10.00 pagi — Makan (enggak terlalu) Siang dan Trekking Tumpak Sewu
Setelah istirahat sebentar di meeting point Kapas Biru, rombongan open trip lanjut ke Tumpak Sewu. Jarak kedua air terjun ini enggak terlalu jauh, hanya sekitar 5 km. Saat perjalanan, aku melihat ternyata ada air terjun lain juga: Kabut Pelangi dan Sumber Telu, in case you’re interested.
Sampai di area parkir dan kios makan, kami makan “siang” dulu jam 10 pagi di Warung Aji. Menu makannya adalah lalapan ayam, tempe, tahu — yang termasuk dalam fasilitas paket open trip.
Setelah makan, kami mulai trekking Tumpak Sewu pukul 11.30. Tiket masuk udah included di paket open trip ya. Harga tiket masuk sih Rp 10 ribu per orang, dan bayar lagi nanti another Rp 10 ribu per orang ketika mendekati air terjun.
Rombonganku lewat jalur Lumajang, karena jalur Malang katanya kayak “trial Siratalmustakim”. Tentu agen travel enggak ambil risiko, apalagi enggak semua anggota open trip-nya pro!
Di awal perjalanan, aku merasa optimis karena jalannya lebar dan mulus! Kamu juga bisa sewa ojek buat turun kalau mager jalan kaki. Harga ojeknya hanya Rp 10 ribu. Ternyata, jalur ini cuma buat ke Pos Panorama aja — tempat melihat Air Terjun Tumpak Sewu dari atas.
Selanjutnya, welcome to the real challenge.
Jalur trekking Air Terjun Tumpak Sewu benar-benar di luar imajinasiku. Jauuuuhhhh lebih “menantang” daripada trekking Kapas Biru sebelumnya. Lebar jalur trekking masih muat buat 1-2 orang aja, dan awal-awalnya masih oke — ada tangga yang proper meski cukup curam.
Tapi, perjalanan semakin “wild” dengan jalur trekking bebatuan yang, in some parts, cukup runcing. Memang ada pegangannya, tapi mereka terbuat dari tali, bambu yang terlihat enggak terlalu kokoh, dan besi (yang mana cukup panas kalau dipegang karena hari udah makin siang).
Kondisi ini benar-benar membutuhkan kehati-hatian tingkat dewa dan otot kaki yang kuat (lol). Sedihnya adalah kakiku baru aja selesai recovery dari nyeri otot setelah kelas Muay Thai.
Ternyata, kondisi ini hanyalah permulaan. Setelah mendapati tangga besi yang curam, kamu akan disuguhkan dengan jalur bebatuan curam yang dialiri air deras. Semacam menyeberangi sungai bebatuan namun dengan kemiringan 50 derajat.
Jarak antarbatu juga cukup jauh. Jadi, pertimbangkan lagi kalau kamu mau ajak anak kecil buat trekking di sini. Salah satu anggota open trip, seorang ibu, harus menggendong anaknya saat mencapai ujung jalur ini karena kaki si anak enggak cukup panjang buat mencapai batu selanjutnya. What a tough woman, indeed!
Tiba di persimpangan
Setelah menempuh jalur yang bikin deg-degan ini, ada sebuah warung dan persimpangan. Kamu bisa memilih lanjut ke Air Terjun Tumpak Sewu atau Goa Tretes.
Karena fokus utama adalah Tumpak Sewu, maka aku belok kanan dan menemui Tebing Perawan, tebing hijau di kanan kiri dengan sungai di tengahnya. The scenery was epic serasa syuting film Jumanji!
Di area ini udah kerasa percikan-percikan air dan angin kencang dari Tumpak Sewu. Tapi, sebelum mencapai air terjunnya, kami harus menyeberangi sungai berarus deras sambil berpegangan tangan (tanpa tali!) dan lanjut menyeberang lagi dengan berpegangan seutas tali kendor.
Tinggi air sungainya kira-kira sebetis. Tetap perlu hati-hati melangkah, soalnya di bawah juga bebatuan dan ketinggian air enggak sama.
Setelah melihat Air Terjun Tumpak Sewu di depan mata, aku jadi sangat emosional, tiba-tiba teriak dan menangis. Sampai aku nulis ini, aku enggak paham tangisan itu sebenarnya karena aku terharu akan keindahannya atau capek secara mental dan fisik gara-gara jalur trekking-nya.
Aku tiba di final point ini jam 13.00, maknanya 1.5 jam perjalanan. Setelah antre foto dan berfoto ala kadarnya selama 30 menit, kami kembali ke area parkir. Kembali melewati sungai berarus deras, jalur bebatuan yang licin karena dialiri air, dan tangga besi yang curam beserta pegangannya yang kurang memadai.
I know this text may sound ranting atau terlalu mengeluh buat kamu. Tapi, I just want to let you know the real truth, apa yang akan kamu lalui buat melihat Air Terjun Tumpak Sewu dari bawah.
15.00 sore — Selesai Trekking!
Perjalanan kembali juga memakan waktu 1.5 jam, surprisingly sama kayak berangkat padahal kita sempat mampir warung dulu buat minum teh hangat.
Kami lalu bersih diri di toilet yang berada di area parkir, lanjut makan dan menempel beberapa koyo di badan kami. Pukul 17.00, rombongan meninggalkan area Tumpak Sewu dan sampai di Malang pukul 19.30.
Yang Wajib Diperhatikan Sebelum ke Air Terjun Tumpak Sewu
The trekking is no joke. Jadi, sebaiknya kamu mempersiapkan beberapa poin di bawah ini.
Pemanasan
Latihlah kekuatan otot kaki beberapa hari atau bahkan minggu sebelum berangkat. Hal ini buat mengurangi nyeri otot berlebihan yang bisa bikin terkilir dan semacamnya.
Terus, jangan lupa pemanasan sebelum mulai trekking, ya! Biar ototnya enggak kaget dan lebih fleksibel. Sedih sekali aku enggak melakukan ini, dan tour leader-nya enggak mengarahkan.
Barang yang perlu kamu bawa
- Topi. Menghindari panas matahari langsung ke muka dan cipratan-cipratan air terjun saat perjalanan, apalagi kalau kamu mulai trekking siang hari.
- Jas hujan plastik. Just in case biar pakaian tetap kering selama berangkat dan balik trekking. Menghindari masuk angin!
- Sandal gunung. Dengan jalanan bebatuan dan tanah berlumpur di sana -sini, hindari berangkat menggunakan sandal jepit (karena licin) atau sepatu gaya (karena sayang!). Yah, kecuali kalau kamu udah pro dan fine-fine aja kalau sepatu basah.
- Outfit yang nyaman. Kamu most likely akan duduk di tanah, melangkah lebar-lebar buat menyesuaikan jalan bebatuan, dan basah-basahan. So, pakai baju yang nyaman dan menyerap keringat. Buat bawahan, aku sarankan pakai yang panjang biar nggak kena gesekan dan serangga.
- Botol air minum dan isinya. I mean, kamu bakal trekking selama 3+ jam PP, so it’d be better if you keep yourself hydrated.
- Pelindung HP plastik. Menghindari HP rusak karena terkena air.
Mental dan Jadwal Keberangkatan
Terpenting, jaga mental. Jangan terlalu bersemangat di awal atau berekspektasi terlalu tinggi, wkwkw. Simpan energi buat perjalanan berjam-jammu!
Perhatikan pula jadwal keberangkatan. Hindari ke Tumpak Sewu dan Kapas Biru saat musim hujan, soalnya tanahnya labil dan rawan longsor (terutama yang Tumpak Sewu).
Dan, entah kamu percaya atau nggak sama hal-hal gaib, jangan lupa berdoa dan hindari melakukan hal yang “aneh-aneh”.
Seseorang terdekatku mengalami hal ini beberapa tahun lalu — rombongan yang lain enggak bisa melihat rombongannya yang hanya berjumlah 3 orang. Seolah ada “yang menyembunyikan” mereka. Beberapa waktu sebelum dia kesana, ada orang hilang dan sampai saat itu belum ditemukan.
Yang aku sayangkan adalah enggak banyak petugas yang stay di beberapa titik buat membantu. Atau mungkin ada tapi aku enggak tahu? Karena selama trekking dengan tali kendor, dengan bebatuan licin, enggak terlihat penjaga yang membantu. Cuma satu saat menyeberang sungai yang enggak ada talinya.
Kesimpulan
So, is the Tumpak Sewu scenery worth the effort? Well, aku bersyukur aku mengunjunginya saat usia muda, jadinya masih cukup kuat dan enggak lagi penasaran. Pemandangan akhirnya bagus dan trekking-nya membangkitkan jiwa petulangan.
Namun, perlu ada persiapan dan kehati-hatian kalau mau kesana. Ada banyak vlog yang lebih detail soal rute Tumpak Sewu, mungkin kamu perlu nonton buat tahu medan kayak apa yang akan kamu hadapi.
Trekking ini enggak bikin aku trauma ke air terjun atau wisata alam lainnya, kok. Hanya sebagai pelajaran ke depannya, aku mungkin perlu riset lebih dalam sebelum berangkat biar lebih paham jalurnya. Can’t wait for more adventure! Tapi, kalau diajak ke Tumpak Sewu lagi, nggak dulu, terima kasih.
Kalau kamu cari yang pemandangan bagus dengan jalur trekking yang enggak terlalu menantang jiwa raga, aku sarankan pilih Kapas Biru aja. Terlebih kata tour leader-ku kemarin, Kapas Biru lebih cocok buat “healing” daripada Tumpak Sewu.
Perjalanan ke dua wisata alam ini benar-benar mengajarkanku untuk belajar mencintai proses. Memang ada “iming-iming” final point air terjun yang katanya bagus. Tapi, kalau enggak menikmati perjalanannya yang berjam-jam, the journey would be a real pain in the ass.
dari bocah yang penasaran air terjun,
Comments
2 responses to “Jelajah Air Terjun Tumpak Sewu dan Kapas Biru: Yang Indah Kadang Berbahaya”
sooo encouraging!!! keep writing and vlogging lidin🥰
Thanks, Yucha!