Gara-gara upload testimoni soal kerja jadi content writer di akun Instagram, jadinya banyak yang nanya juga. “Jadi content writer ngapain sih, Din?” Aku masih noob sih soal beginian, tapi sepertinya bisa jadi insights buat kamu yang lagi cari cuan terutama yang suka nulis nih! #marimerapat
Sebelum kamu tahu ngapain aja jadi content writer atau penulis konten, ayo samain persepsi dulu!
Contents
Apa itu content writing?

Content writing
Definisi
Content writing adalah kegiatan nulis konten. Hehehe. Familiar sama artikel di Gramedia tentang koleksi terbarunya dan rekomendasi bacaan? Atau, suka pantengin blog-nya Tokopedia soal merek powerbank atau cara membuat dalgona coffee? Ya, itu salah satu dari berbagai bentuk yang disebut content writing.
Jadi kalau kita simpulkan, content writing adalah proses nge-plan, nulis, edit, sampai publish konten yang mainly di situs web. Sebenarnya enggak terbatas di situs web aja. Bahkan nulis konten buat platform tertentu macam social media untuk nulis caption dan isinya infografis, e-commerce buat deskripsi produknya, laman berita, dan blog.
Induk
Theoretically, content writing masih masuk dalam elemen digital marketing. Jadi masih temenan sama branding, social media, marketing communication, dan kawan-kawannya. Di bagian content creating pun juga ada graphic design, videography, gitu-gitu kan, nah si content writing ini masuk di bagian tersebut.
Apa bedanya content writing dan penulisan lain?
Ini yang paliiing sering ditanyain. Berdasarkan definisinya, nulis konten berarti topiknya disesuaikan sama situs webnya ngomongin apa. Misal konten Gramedia, pasti artikelnya enggak jauh-jauh dari buku, atau Hutlife, blog-nya Pizza Hut juga ngomongin soal pizza dan service-nya mereka.
-
Content writing vs Copywriting
Kalau content writing lebih fokus ke educate audiences soal produk, brand, atau topik spesifik yang berkaitan (niche). Sedangkan, copywriting lebih ke persuade people dengan bikin slogan atau bentuk tulisan yang unik dan eye-catching supaya si pembaca mau beli produknya.
Tapi enggak menutup kemungkinan untuk menggabungkan kedua jenis tulisan ini sih. Biasanya educate nya dikasih bumbu-bumbu tipis promo produk gitu, kan?
-
Content writing vs SEO Specialist
Nulis konten menciptakan tulisan yang ada Search Engine Optimization (SEO). Kalau SEO Specialist, enggak hanya tulisan yang dipikirin, ada website, how to build connection sama website lain, sampai kemampuan HTML dan programming.
Biasanya si content writer nerima kata kunci dari SEO specialist yang nanti akan dikembangkan jadi tulisan.
-
Content writing vs Penulis novel atau cerpen
Yang ini beda banget! Content writing jauh ya dari nulis fiksi, meski biasanya dikasih elemen fiksi soal storytelling sih. Tapi content writing ini termasuk non-fiksi, guys misal berbentuk tips and tricks, how-to dan listicle articles.. Nah, sebaliknya kalau penulis novel jelas fiksi banget.
Apa aja yang harus diketahui kalau pingin kerja jadi content writer?
-
Tahu caranya nulis
Layaknya seorang aktor yang harus tahu acting, fotografer yang tahu gimana potret foto, kerja jadi content writer wajib tahu dunia tulis menulis soal ejaan yang disempurnakan (EYD), gimana tulisannya biar coherent dan enak dibaca, atau kata baku dan tidak.
But, you have to keep this in mind, kawanku. Menulis konten enggak sama kayak kamu nulis essay di kampus. Ngerasa enggak sih kalau baca di website, bacanya bukan yang njelimet dibaca kata per kata gitu? Makanya dia kasih heading, gambar yang relevan, serta bold atau italic biar membantu pembaca “skimming dengan baik”.
-
Mau belajar hal baru serta be fluid and adaptable
Enak sih kalau sudah jadi content writer-nya Gramedia atau Tokopedia gitu, nulisnya kemungkinan besar soal topik yang enggak jauh-jauh dari produk brand-nya.
Nah, kalau yang freelance macam saya ini biasanya project-nya macam-macam, jadi kudu memahami topik-topik yang berbeda seperti kesehatan, finansial, travelling, beauty, sampai hukum dan otomotif. Pernah dulu nulis soal akta rumah dan notaris yang mana aku sama sekali tidak tahu, atau kaca mobil. Wkwkw
Begitu juga soal writing style. Ada yang lebih suka formal dan baku macam bacaan di koran, atau yang santai dan informal seperti blogku ini, hehe.
Pengalaman kerja jadi content writer
A glimpse of my professional history
Sebenarnya aku mulai nulis buat orang lain (dan dibayar) itu udah mulai SMA. Waktu itu iseng aja dan lagi butuh duit dikarenakan pengeluaran akhir SMA banyaaak banget mulai foto buku tahunan hingga acara perpisahan dan kebayanya.
Random sekali nge-apply kemana-mana di penulisan online. Finally, keterima! Dan lanjut sampai awal perkuliahan di tahun 2017. Terus mulai tahun kemarin (2019) kembali ke dunia kepenulisan setelah mencoba jadi administrator dan tutor selama 2018 gara-gara kepo rasanya kerja offline hehe (lagi di Malang susah banget cari lowongan freelance atau part-time content writer).
Terus orang-orang “nemu” kamu dimana, Din?

Beberapa yang pernah kerja bareng aku 😉
-
Online
Sangat bersyukur bahwa blog yang kutulis ini bisa menjadi gerbang untuk “kenalan” sama calon client (ciye, client banget). Dari sini mereka bisa menemukan gaya tulisanku dan general opinion gimana sih aku nulis. Ada juga yang leads dari Instagram (yang terus liat blog ini juga). Bahkan ada yang nemu CV online-ku beserta portofolionya!
Beberapa bulan lalu aku juga “menjual diri” ke laman freelance gitu. Nah, di sini aku apply ke project mereka. Dari sekian penulis, kalau mereka cocok sama aku, nanti lanjut ke pelaksanaan project-nya.
-
Dari teman ke teman
Ini nih benefit dari networking yang aku rasakan dari teman magang, part-time dan kenalan random di seminar digital marketing.
Eh, aku ada kenalan bisa nulis.
Jadi deh, ikutan, hehe.
-
Keisenganku
Aku dulu pernah daftar lowongan gitu kan. Dan ada yang sampai tes nulis plus interview-nya (padahal itu buat yang full-time job. LOL. bodo amat lah ya, dicoba dulu). Wah, sudah jelas saya tersisihkan karena masih kuliah. Eh, ternyata, like recently, ditawarin jadi freelance-nya. Uhuy, supeeerrr bersyukur.
Dapet duit berapa?

Uang…uang…uang…
INIIII NIIIIH. Yang menjadi super FAQ! WKWKWK. Emang ya kalau soal duit nih cepet banget. Jadi ada beberapa faktor yang menentukan jumlah tambahan rekeningmu.
-
The company
Dulu pas zaman SMA itu dikiiit banget seriusan aku sampai merasa dieksploitasi (waduh). Kalau mereka yang “aware” nulis itu requires sweat, tears, and blood, mereka akan memberimu harga standard bahkan lebih.
-
Jumlah kata dan artikel
Nulis 2000 kata sama 300 kata jelas beda harganya. Biasanya dari sononya udah ada patokan berapa harga per hurufnya atau per artikelnya. Begitu juga dari penulisnya sendiri juga punya range harganya sendiri (mau tau “hargaku”? kasih project juga ya! wkkww)
-
Hasil tulisanmu
Kalau para pemberi project ini udah click sama tulisan kamu, biasanya mereka lebih welcome “Aku udah cocok banget nih sama tulisan kamu. Sebutin aja hargamu berapa” Tapi juga pasti ada negosiasi dan know your competence gitu.
Hm, untuk yang kepo angkanya berapa (aku mencoba untuk transparan dan jujur aja), sekitar IDR 15,000 sampai 150,000 per artikel. Untuk yang lebih dari itu, biasanya melibatkan blog pribadi dan promosi di media sosial. Hm, gimana? Apa kamu tertarik? Wkkwk
Begitulah sedikit banyak info soal content writing. I am currently having fun in doing this! Semoga langgeng ya wkwkwk. Semoga tulisan ini menjawab kegundahanmu juga. wetseh. Silakan tinggalkan komen kalau ada pertanyaan! I’ll gladly answer your questions!
dari content writer yang masih belajar
6 Comments. Leave new
wow!! Makasihh atas penjelasannya qq
Sama-sama qq 😉
What a great article! Membuka pandanganku tentang tulis menulis (khususnya content writing) hehe
Makasih, Rim!! Glad you find it helpful <3 Semangat yaa nulisnya!
Super amazing 👌👌👌👌👌
Makasiih, mbak! <3