Buat aku, tahun 2019 adalah “masa kejayaan.” Aku nonton konser Westlife dan, untuk pertama kalinya, diundang ke suatu acara buat nge-blog. Jadi, aku punya ekspektasi besar pada 2020 — jalan-jalan, magang di luar kota, sampai mendaftar klub. But yeah, you know what happened.
2020 menjadi penuh ketidakpastian dengan peraturan yang berubah-ubah. Kuntara, PSBB, PPKM. Overall, hope in despair.
Jadi, aku men-tweak banyak hal tentang cara membuat resolusi tahun baru awal 2021 lalu, yang lebih measurable, achievable, dan meninggalkan kepuasaan di akhir tahun.
Begini strategiku membuat rencana di tengah ketidakpastian.
1. Buat Resolusi yang Bisa Kamu Kontrol
Seperti kata buku Filosofi Teras, bergantung sama hal-hal yang di luar kendali bakal menimbulkan kekecewaan. Makanya, pikirkan area-area yang bisa kamu kontrol dan mulai bikin resolusi dari situ.
Baca juga: 3 Konsep Penting Filosofi Teras, Penangkal Emosi Negatif
Contoh: daripada membuat tujuan “menang lomba”, ganti dengan “daftar lomba.” Goal menang lomba membuatku kita bergantung pada para juri — external party yang enggak bisa kita kontrol (kecuali kamu santet mereka 🙂
Contoh lain kayak:
- Pilih “bikin postingan 2x sebulan” daripada “dapat 1000 penonton” (sulit memastikan setiap postingan kita disukai banyak orang).
- Tulis “olahraga 2x seminggu” daripada “nge-gym 2x seminggu” (Kita enggak pernah tahu kapan gym ditutup lagi karena you-know-who. Kalau istilah “olahraga” kan kita bisa tetep olahraga di rumah).
2. Lihat Sejarah dan Bidik Target yang Gampang
Rencana yang bisa kamu kontrol kadang terdengar kurang menantang dan bikin kurang semangat menjalaninya. Baik, mari kita naikkan levelnya dengan goals yang punya beberapa penghalang dari faktor eksternal, tapi tetap pastikan kalau itu attainable.
Caranya? Dengan melihat sejarah dan kadang menggunakan matematika.
Misalnya, kamu menargetkan “dapat 50,000 pengikut.” Angka ini bisa mengakibatkan kekecewaan berat ketika sebelum-sebelumnya kamu cuma mendapatkan 10 pengikut baru per bulan.
Jadi, daripada pilih 50,000, targetkan mendapat 120 pengikut baru (rata-rata pertumbuhan pengikut lama dikali 12 bulan) buat resolusi tahun ini.
Lho, katanya aim high, jadi kalau jatuh tetap di atas bintang-bintang?
Secara realita, seringkali kalau jatuh di tempat yang lebih tinggi, risiko terluka juga makin tinggi. 🙂
3. Selalu Ingat Targetmu
Entah di masa “normal” atau ketidakpastian ini, banyak orang yang bikin goals, terus lupa gitu aja.
Padahal, dalam buku Atomic Habits, salah satu hukum membentuk kebiasaan adalah buat kebiasaannya jelas. Tujuannya, biar selalu ingat sama goals yang udah ditulis.
Baca juga: Cara Membentuk Kebiasaan dari Atomic Habits oleh James Clear
Kamu bisa nulis daftar tujuanmu dan menempelkannya di dinding.
Atau, aku personally nulis di halaman depan buku jurnal yang paling enggak aku buka tiap seminggu sekali. Aku juga mengingatkan diriku secara “halus” dengan menjadikan pemandangan kampus sebagai wallpaper — pengingat biar aku ngerjain skripsi dan cepat lulus!
Cara lain adalah menggunakan aplikasi. Misalnya, kalau kamu ingin baca 10 buku dalam satu tahun. Jadi, install Goodreads, ikut challenge membacanya, dan kamu akan menerima notifikasi yang mengingatkan sama challenge itu.
4. Review Goals secara Teratur
Langkah ini juga dimaksudkan agar kita tetap stay on track sama tujuan kita. Atur jadwal buat me-review goal — bisa awal atau akhir bulan.
Semenjak 2020, aku mengikuti Plan with Me series dari Lavendaire. Di seri ini, si YouTuber bikin video interaktif berisi pertanyaan-pertanyaan yang mengajak penontonnya review goals, kesuksesan, dan challenges tiap akhir bulan. (You can try this, too!)
5. Atur Ekspektasi dan Jadilah Fleksibel
Manusia bukan robot yang functional kapanpun dan dimanapun. Ada kalanya kita enggak mood atau kurang energi buat melakukan resolusi atau kebiasaan yang ingin kita capai.
Jadi, kalau misal kamu bikin rencana buat olahraga setiap hari, terus kamu hanya bisa 3 hari karena abis sakit, that’s fine! Selama beberapa waktu, mungkin kamu perlu adjust lagi targetmu, dan kembali ke ritme awal setelah sehat.
Terus, misal karena dapat pekerjaan di luar kota, kita udah bikin resolusi jalan-jalan ke tempat-tempat wisata terdekat di sana. Eh, ternyata disuruh WFH. Ya udah, cari tempat wisata lain yang dekat rumah kita.
Lebih baik enggak berekspektasi tinggi sejak awal dengan target gampang (langkah kedua).
Filosofi Teras malah nyuruh buat think the worst scenario. Jadi, kamu lebih senang dan lega ketika ternyata prosesnya berjalan lancar. Zendaya dalam film Spiderman: No Way Home juga nyuruh expect disappointment, then you can never really get disappointed.
Begitulah caraku membuat rencana di tengah ketidakpastian selama dua tahun terakhir ini. Well, yang pasti di hidup ini adalah ketidakpastian, bukan? Semoga artikel ini bisa membantu.
Dari yang terus belajar mengatur ekspektasi,